Unipdu Jombang—Kamis, 14 Maret 2024 Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum mengadakan Kajian Ramadhan yang bekerja sama dengan Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Unipdu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mahasiswa, staf, tenaga pendidik, pejabat tinggi di Unipdu hingga masyarakat umum. Rangkaian kegiatan ini dimulai pada pukul 12:00 dengan narasumber Dr. Mujianto Sholichin, M.Pd.I., dengan tema “Pentingnya Pendidikan Emosional dan Spiritual dalam Membimbing Anak-Anak Menghadapi Ramadan” dan dimoderatori oleh Bapak Haris Hidayatulloh, M.H.I.

 

Pada Kajian Ramadan hari kedua ini, Dr. Mujianto Sholichin, M.Pd.I., membahas tentang pentingnya untuk memahami pendidikan emosional dan spiritual di bulan ramadan pada anak-anak. Namun sebelum itu, dalam kajian yang disampaikan oleh beliau bahwa dahulu nabi-nabi membawa risalah perihal puasa dengan ketentuan-ketentuan yang berbeda hingga puasa ramadan yang saat ini sedang dijalankan telah disyariatkan pada tahun kedua hijriyah atau 624 Masehi. Banyak sekali hikmah puasa, salah satunya melatih kesabaran, karena kesabaran adalah salah satu sifat mulia yang dimiliki nabi dan membangkitkan simpati dan empati kepada sesama. Kemudian, dari hikmah tersebut dapat ditarik korelasi antara pendidikan emosional dan spiritual sangat memiliki kesinambungan yang kuat, terlebih bagi anak-anak untuk menghadapi ramadan. 

 

Dr. Mujianto Sholichin, M.Pd.I., juga menjelaskan tentang hakikat pendidikan emosional adalah sebuah cara dalam mengelola emosi dengan baik dan erat kaitannya dengan pola asuh. Strategi terbaik dalam menerapkan pendidikan emosional kepada anak ketika menghadapi ramadan adalah dengan melakukan latihan-latihan yang bersifat empati, seperti peduli dengan lingkungan sekitar. Saling berbagi kepada sesama. Mampu untuk menyelesaikan masalah dan memiliki komunikasi yang baik dengan lingkungannya. Sedangkan, pendidikan spiritual adalah bagaimana cara untuk membentuk sikap dan batin dalam keterampilan mengambil keputusan-keputusan. Beliau juga menekankan pada salah satu kitab ihya ulumuddin di bagian mental spiritual tentang bagaimana kejiwaan hidup dengan nilai-nilai keislaman. Jadi, strategi terbaik dalam menerapkan pengetahuan spiritual pada anak-anak adalah dengan membimbing anak-anak untuk tetap berada di jalan yang benar dan terbebas dari sifat-sifat yang buruk, terus memberikan contoh kepada anak-anak untuk selalu melakukan kegiatan yang baik dan benar. 

Beliau memaparkan bagaimana cara terbentuknya pendidikan emosional dan spiritual seorang anak dengan baik, khususnya di bulan ramadan ini. Strateginya adalah melalui pembiasaan peribadahan, harus dibiasakan sejak dini dengan diberikan kitab-kitab keagamaan untuk membentuk jiwa spiritual anak yang baik. Kemudian, memberikan anak pengetahuan tentang ilmu ketauhidan, secara emosional anak terbentuk dengan semestinya karena adanya komunikasi yang baik antar orang tua. Lalu, menginstruksikan anak untuk selalu berbuat kebaikan dan mengajarkan anak untuk mengenal makna sabar. Terlebih, ketika ramadan harus bisa menahan hawa nafsu dunia. 

 

Di akhir kajian, beliau menambahkan manfaat ketika anak telah mengerti tentang kecerdasan emosional dan spiritual adalah menumbuhkan intuisi yang baik, berasal dari diri dan diluar dirinya. Kemudian, dapat memunculkan sifat-sifat baik dalam bentuk ekspresi dalam kegiatan  interaksi sosialnya sebagai bentuk refleksi. 

Anak-anak memiliki dunianya sendiri, maka sebagai orang tua wajib untuk memahami pendapat, perilaku, karakternya. Dengan seperti itu, orang tua bisa tahu apa yang diinginkan anak-anak kedepannya dan sebagai sarana agar lebih dekat lagi dengan anak. 

 

Dengan demikian, kajian ramadan dengan tema “Pentingnya Pendidikan Emosional dan Spiritual dalam Membimbing Anak-Anak Menghadapi Ramadan” bahwa pembahasan kali ini lebih menitik pusatkan pada strategi untuk anak agar dapat mengimplementasikan antara pendidikan emosional dan spiritual hendaknya dalam satu jalan yang lurus dan sejajar.(Angelie)