Sukses Menjalani Ibadah Ramadhan di Era Sosio-Digital

— Jombang, pada tanggal 25 Maret 2023, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) mengadakan kajian Ramadhan yang dilaksanakan di Islamic Center Unipdu. Kegiatan ini berkerjasama dengan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) dan ditujukan untuk mahasiswa, staff, tenaga pendidik, dan pejabat tinggi kampus Unipdu. Rangkaian kegiatan kajian ramadhan dibuka oleh Drs. KH. Zaimuddin W. As’ad, MS., dengan tema “Sukses Menjalani Ibadah Ramadhan di Era Sosio-digital” yang dimoderatori oleh H. M. Samsukadi L.C, M.Th.I.

Dalam kajian tersebut, beliau membahas tentang tujuan puasa, arti dari ihtisaban, dan kiat sukses menjalani ibadah Ramadhan di era sosio-digital.

Pertama, beliau menekankan bahwa tujuan utama dari ibadah puasa adalah untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah:183, yang menjelaskan bahwa tujuan berpuasa adalah untuk bertaqwa. beliau juga menekankan bahwa ibadah puasa tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tetapi juga mencari kebaikan dengan sebaik-baiknya.

Selain itu, beliau juga membahas tentang arti dari ihtisaban, yang menurut Ibnu Hajar al-Asqalani adalah sebuah keyakinan bahwa puasa yang dilakukan akan mendapatkan pahala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga menjelaskan bahwa “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau akan diampuni.” (HR. Bukhari).

Kemudian, beliau juga membahas tentang kiat sukses menjalani ibadah Ramadhan di era sosio-digital. Menurut beliau, kunci sukses tersebut adalah didasari dengan kepercayaan dan keyakinan yang kuat dalam menjalankan ibadah puasa. Yang pertama adalah iman, yaitu puasa itu didasari dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa diwajibkan oleh Allah. Yang kedua adalah ihtisaban, yaitu didasari dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa ketika menjalankan puasa maka akan mendapat balasan dari Allah, mendapat pahala dari Allah, dan dosa-dosanya yang telah lampau akan diampuni oleh Allah.

Di era sosio-digital seperti saat ini, beliau juga menekankan bahwa kita harus tetap fokus pada ibadah puasa, dan tidak terlalu banyak terpengaruh oleh media sosial atau teknologi. Kita perlu menjaga konsentrasi dan fokus dalam menjalankan ibadah puasa, serta tetap mengutamakan kebenaran secara ilmiah dan logis. Dengan demikian, fenomena the death of expertise (matinya para ilmuwan) tidak lagi terjadi.

Meski kegiatan dilaksanakan pada siang hari di bulan Ramadhan, hal ini tidak menyurutkan semangat audience untuk mengikutinya. Terbukti dengan adanya sesi tanya jawab yang sangat interaktif dan jumlah peserta yang hadir diperkirakan lebih dari 100 orang. 

Dalam kesimpulannya, kajian Ramadhan Unipdu kali ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan puasa, arti dari ihtisaban, dan kiat sukses menjalani ibadah Ramadhan di era sosio-digital.

Cr:Faridah Awwaliyyah