Sejarah Puasa dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Ketaqwaan

Jombang, 23 Maret 2024 Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang (Unipdu) bekerjasama dengan pusat studi Al-Qur’an (PSQ) kembali mengadakan kajian rutinan bulan ramadhan yang dilaksanakan di Islamic Center (IC) mulai pukul 12.00-13.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh civitas Unipdu dan juga masyarakat umum. Kajian di ramadhan kali ini mengangkat tema “Sejarah Puasa dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Ketaqwaan” yang dinarasumberi oleh pengasuh asrama Al-Falah KH. M. Dzul Hilmi, S.Kep,. Ns., M.Kp., dan dimoderatori oleh bapak Luxman Nul Hakim, S.Kep,. Ns,. M.Kep.

Pada kajian kali ini membahas tentang sejarah puasa mulai dari zaman nabi-nabi terdahulu. Narasumber  menjelaskan bahwa puasa bukanlah praktik baru dalam agama islam. Beliau menjelaskan bahwa nabi-nabi terdahulu, mulai dari nabi Adam hingga nabi Nuh, dan berlanjut ke nabi-nabi selanjutnya telah melaksanakan puasa, Seperti puasa nabi Daud yang dilakukan dengan cara sehari puasa kemudian sehari berikutnya tidak puasa begitupun seterusnya, lalu puasa nabi Sulaiman dua hari puasa kemudian dua hari berikutnya tidak puasa dan seterusnya. 

Beliau lanjut menjelaskan perbedaan antara puasa kita (umat islam nabi Muhammad SAW) dengan puasa pada zaman nabi-nabi sebelumnya terletak pada pada saat sahur. Puasa pada zaman Nabi Muhammad SAW memberikan penekanan khusus pada pentingnya sahur sebagai bagian dari sunnah. Beliau memberikan pemahaman bahwa sahur adalah suatu amalan yang diberkahi dan memberikan kekuatan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik. Narasumber juga mengingatkan kepada kita tentang wajibnya melaksanakan puasa ramadhan yang tentunya harus dibarengi dengan rasa ikhlas sebagai bentuk dalam peningkatan ketaqwaan seorang muslim terhadap Allah SWT. sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Baqoroh 2:185.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝١

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Kegiatan kajian hari ini di akhiri dengan sesi tanya jawab antara audiens dan narasumber yang begitu menarik. Kemudian ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh bapak ketua yayasan Drs. KH. M. Zaimuddin Wijaya As’ad, MS,.(Ocha)