Jombang, NU Online.

Pengasuh Asrama As’adiyah, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Jawa Timur memperoleh penghargaan, L’Ordre des Palmes Academiques.  Sang penerima penghargaan tersebut adalah Hj Afifa Syamsun Zulfikar yang diraih dari Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Prancis.

“Ini merupakan penghargaan tingkat dunia yang diberikan  Perdana Menteri Prancis kepada sejumlah akademisi yang berdedikasi dengan gelar Chevalier atau ksatria,” kata Hj Afifa kepada NU Online, Selasa (27/4) pagi. Dikemukakan bahwa bila tidak ada perubahan, siang ini penghargaan akan diberikan di auditorium Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu), Peterongan, Jombang.

Alumnus peraih beasiswa Chevening Award di Sheffield Hallam University Inggris bidang studi leadership and management in education tersebut mengemukakan soal anugerah yang ada. “Penghargaan diperuntukkan kepada akademisi yang memiliki kontribusi besar bagi kerja sama antara Prancis dan negaranya di berbagai disiplin ilmu,” jelasnya.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sejak 2007, dirinya memfasilitasi penyelenggaraan kerja sama antara Unipdu dengan Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya (CCCL) yang sekarang menjadi IFI atau Institut Francais Indonesia Surabaya melalui Program Fond d’Alembert.  Kala itu CCCL Surabaya mengundang beberapa intelektual muslim Prancis untuk memberikan seminar mengenai Islam dan sekularisme di Prancis. Selanjutnya, dirinya menginisiasi kerja sama yang lebih solid antara Unipdu dan Kedutaan Besar Prancis dengan keikutsertaan dalam jejaring Warung Prancis pada tahun 2013 dengan 26 universitas negeri dan swasta ternama di Indonesia

“Warung Prancis adalah sebuah lembaga di bawah naungan universitas sebagai pusat pembelajaran bahasa dan budaya Prancis. Unipdu sendiri menggunakan nama Lesehan Prancis,” ungkap istri dari HM Zulfikar As’ad tersebut.

Dengan adanya Lesehan Prancis, Unipdu berkesempatan untuk menyelenggarakan aneka program. Baik seni budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan dari pusat kebudayaan Prancis. Sejumlah kegiatan budaya dan bahasa telah diselenggarakan.

Dari mulai presentasi tentang budaya dan bahasa Prancis untuk mahasiswa Unipdu dan siswa sekolah di lingkup Pesantren Darul Ulum. Demikian pula presentasi tentang studi di perguruan tinggi di Prancis, pertunjukan artis sirkus kontemporer dari Prancis dan sejenisnya.  Terkait kepercayaan itu, dirinya merasa bahwa semua sebagai karunia dari Allah SWT yang memberikan segala nikmat yang luar biasa dan kemudahan.

“Ini sejatinya merupakan penghargaan kepada Unipdu, karena saya bagian dari kampus tersebut dan tentu tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari pimpinan yayasan, rektor, dekan,  jajaran staf dan dosen serta tim pusat studi bahasa kampus, serta peran yang signifikan dari kepala sekolah di bawah naungan Pesantren Darul Ulum,” jelas dia.

Demikian juga penghargaan tidak lepas dari peran yang sangat besar dari Direktur IFI Surabaya, Benoit Bavouset yang sangat mendukung aneka program seni budaya dan Iptek di Unipdu. Ibu lima anak ini memiliki motivasi tinggi untuk berkiprah karena meneruskan angan-angan KH M As’ad Umar sebagai pemprakarsa SMA Unggulan Darul Ulum 2 Unggulan dan BPPT. Almaghfurlah yang juga mertuanya merupakan pendiri Unipdu yang pada  saat itu sangat berharap dan selalu bercita-cita menjadikan kampus dan sekolah di pesantren setempat yang lulusannya notabene santri agar menonjol. “Yakni agar nanti para santri mampu berkiprah dan bersaing secara nasional bahkan internasional,” tegasnya.

Usai menerima penghargaan, dirinya akan meneruskan kerja sama yang sudah ada. Seperti dengan mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya kalangan sekolah dan perguruan tinggi di Jombang.  “Serta lebih meningkatkan kerja sama dalam bidang lain, misalnya pertukaran mahasiswa dan atau dosen dan joint research dosen dan atau mahasiswa Unipdu dan dosen universitas Prancis,” katanya.

Mahasiswi program doktor Universitas Negeri Surabaya program studi manajemen pendidikan tersebut bercerita bahwa penghargaan adalah sangat tidak terduga. Karenanya tidak akan menjadi beban.  “Justru penghargaan ini menjadi pemacu semangat untuk mengembangkan kerja sama riset antara Unipdu dan universitas di Prancis dalam hal Iptek, ilmu sosial dan pendidikan di kemudian hari,” ungkapnya.

Pada saat yang sama, dirinya sangat berterima kasih karena mendapat dukungan dari suami dalam setiap kegiatan Lesehan Prancis. Termasuk anak-anaknya yang turut senang atas penghargaan yang diraih.  Di ujung pembicaraan, dirinya berpesan kepada anak muda khususnya kalangan pesantren agar mengembangkan bahasa asing. Bukan hanya bahasa Inggris dan bahasa Arab, tapi juga bahasa Prancis.

“Bahasa Prancis bukan hanya digunakan di benua Eropa namun juga di benua Afrika, Amerika dan Asia. Bahkan negara Maroko, Aljazair dan Tunisia yang nota bene negara muslim menjadikan Bahasa Pancis sebagai bahasa resmi,” pungkasnya.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/128398/pengasuh-pesantren-perempuan-di-jombang-terima-penghargaan-dari-prancis